PUSAT INFORMASI PELAYANAN KOTA
Entri Populer
-
BAHAN MTPJ MINGGU BERJALAN 8 - 14 PARIL 2012 LUKAS 24:1-12 Paskah bagi orang Kristen ditndai oleh suatu peristiwa penting yaitu “Ke...
-
Sejarah GMIM Sentrum Manado Sejarah dimulai tahun 1675, saat Ds Montanus, seorang Pendeta B...
Minggu, 08 April 2012
BAHAN MTPJ MINGGU BERJALAN 8 - 14 PARIL 2012
LUKAS 24:1-12
Paskah bagi orang Kristen ditndai oleh
suatu peristiwa penting yaitu “Kebangkitan Kristus”. Kebangkitan Yesus menjadi
moment yang sangat penting dalam rangka hidup beriman sebagai gereja. Melalui
kematian dan kebangkitanNya, Yesus telah menebus dosa kita dan memerdekakan
kita dari dosa. Dengan mengingat dan memperhatikan pesan Yesus Kristus maka
“iman” kita akan diperbaharui dan diperteguh untuk menghadapi setiap tantangan
dan pergumulan dengan berani dan teguh serta penuh pengharapan kepada Tuhan
Yesus.
Dunia zaman ini adalah dunia yang penuh
dengan berbagai “tantangan dan cobaan” yang dapat mengecoh setiap orang yang lemah dan pada akhirnya
menjerumuskan mereka pada kesesatan. Tidak sedikit anak muda yang hancur masa
depannya karena obat terlarang; keluarga berantakan, dll. Kenyataan ini
mengisyaratkan bahwa merealisasikan misi untuk “memerdekakan” setiap umat dari
belenggu dan cengkraman dosa bukanlah perkara mudah. Akan tetapi hal itu
mungkin terealisasi asalkan kita selalu “ingat” untuk selalu melakukan segenap
pekerjaannya di dalam “iman” bahwa Tuhan Yesus “menyertai” sampai akhir zaman.
Sejarah GMIM Sentrum Manado
Sejarah dimulai tahun 1675, saat Ds Montanus, seorang Pendeta Belanda pertama kali mengunjungi Manado dan melaporkan di Manado sudah ada golongan orang Kristen. Selanjutnya pada pemerintahan VOC tahun 1677 ditempatkanlah seorang Pendeta Belanda di Manado bernama Pendeta Zacharias Coheng dan atas inisiatifnya dikirimkanlah tenaga injil ke Bolaangmongondow.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan VOC, maka dalam perkembangannya penanganan Gereja menjadi urusan Pemerintah Belanda. Pada waktu itu Gereja memakai label Indische Kerk. Adapun pelayanan dan administrasi Gereja berpusat di Manado. Hal ini diatur berdasarkan peraturan Gereja Protestan, bahwa semua Pendeta pembantu/Indians Ieraars yang bekerja dibawah pimpinan Pendeta Belanda di Manado.
Sejak tahun 1934 Gereja Protestan yang berada di Manado, Minahasa dan Bitung dinyatakan berdiri sendiri dengan sebutan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM). Sementara kata Sentrum, dikenal nanti sesudah kemerdekaan Indonesia. Sebelumnya Gereja Sentrum Manado dikenal dengan nama Gereja Besar Manado sebagaimana tulisan Grafland yang dibahas oleh Prof Elly Manuhutu. Adapun Gereja Setrum menjadi Landroad Kota Manado sebagai patokan untuk perhitungan jarak.
Objek Wisata Tugu Perang Dunia II (Foto Beritamanado)
Pada masa Jepang, gedung Gereja Besar Manado pernah menjadi markas/pusat MSKK (Manado Syuu Kiri Sutokyop Kyookai) yang dipimpin Pendeta Jepang Hamasaki. Tapi sayang sekali gedung Gereja Besar Manado yang begitu sarat nilai historis religius ini pada perang kemerdekaan II/agresi militer hancur dibom. Sebagaimana tanda prasastinya maka didirikan tugu yang berada disebelah kiri bangunan Gereja yang masih berdiri kokoh yang diberi nama Tugu Perang Dunia II.
Pada Tahun 1952 didirikan kembali sebuah gedung Gereja dilokasi tersebut, gedung dibangun dalam bentuk permanen yang bangunannya seperti sekarang ini, ditahbiskan tanggal 10 Oktober 1952. Posisi mimbar utama berada dibagian timur menghadap ke barat tetapi dipindahkan ke bagian barat menghadap ke timur.
Pada tahun pelayanan 1983 s/d 1992 sesuai data, Jemaat GMIM Sentrum terdiri dari 47 kolom yang dibagi dalam 4 kanisah (Petra, Zaitun, Betania dan Karmel. Ditahun yang sama diadakan perluasan gedung seperti yang tampak sekarang.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan VOC, maka dalam perkembangannya penanganan Gereja menjadi urusan Pemerintah Belanda. Pada waktu itu Gereja memakai label Indische Kerk. Adapun pelayanan dan administrasi Gereja berpusat di Manado. Hal ini diatur berdasarkan peraturan Gereja Protestan, bahwa semua Pendeta pembantu/Indians Ieraars yang bekerja dibawah pimpinan Pendeta Belanda di Manado.
Sejak tahun 1934 Gereja Protestan yang berada di Manado, Minahasa dan Bitung dinyatakan berdiri sendiri dengan sebutan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM). Sementara kata Sentrum, dikenal nanti sesudah kemerdekaan Indonesia. Sebelumnya Gereja Sentrum Manado dikenal dengan nama Gereja Besar Manado sebagaimana tulisan Grafland yang dibahas oleh Prof Elly Manuhutu. Adapun Gereja Setrum menjadi Landroad Kota Manado sebagai patokan untuk perhitungan jarak.
Objek Wisata Tugu Perang Dunia II (Foto Beritamanado)
Pada masa Jepang, gedung Gereja Besar Manado pernah menjadi markas/pusat MSKK (Manado Syuu Kiri Sutokyop Kyookai) yang dipimpin Pendeta Jepang Hamasaki. Tapi sayang sekali gedung Gereja Besar Manado yang begitu sarat nilai historis religius ini pada perang kemerdekaan II/agresi militer hancur dibom. Sebagaimana tanda prasastinya maka didirikan tugu yang berada disebelah kiri bangunan Gereja yang masih berdiri kokoh yang diberi nama Tugu Perang Dunia II.
Pada Tahun 1952 didirikan kembali sebuah gedung Gereja dilokasi tersebut, gedung dibangun dalam bentuk permanen yang bangunannya seperti sekarang ini, ditahbiskan tanggal 10 Oktober 1952. Posisi mimbar utama berada dibagian timur menghadap ke barat tetapi dipindahkan ke bagian barat menghadap ke timur.
Pada tahun pelayanan 1983 s/d 1992 sesuai data, Jemaat GMIM Sentrum terdiri dari 47 kolom yang dibagi dalam 4 kanisah (Petra, Zaitun, Betania dan Karmel. Ditahun yang sama diadakan perluasan gedung seperti yang tampak sekarang.
Langganan:
Postingan (Atom)